ASKEP ASMA PADA ANAK
ASKEP ASMA PADA ANAK
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askep
Anak 1
Disusun Oleh:
ABDAN FAHREZA
STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “askep asma pada anak” ini tepat
waktu. Pembuatan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Askep Anak 1.
Dengan tersusunnya makalah ini diharapakan
untuk membantu kami dan mahasiswa UNMUH Ponorogo lainnya dalam pembelajaran
mata kuliahAskep Anak 1. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada teman teman yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini serta dosen pembimbing IbuMetti Verawati.
Penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka tidak lupa
penulis mohon saran dan kritik untuk menyempurnakan pembuatan makalah
berikutnya.
Ponorogo, Maret 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.......................................................................................
2.2 Etiologi.....................................................................................
2.2.1
Faktor predisposisi........................................................
2.2.2
Faktor presipitasi..........................................................
2.3 Klasifikasi..................................................................................
2.3.1
ekstrinsik.......................................................................
2.3.2
Instrinsik...
2.4 Patofisiologi...................................................................................
2.5 Manifestasi
klinis...............................................................
2.6
Komplikasi.....................................................................................
2.7
Penatalaksanaan................................................................
2.8 Pencegahan
serangan asma pada anak.....................................
ASUHAN
KEPERAWATAN
I. Pengkajian.................................................................................
II. Diagnosa..................................................................................
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..............................................................................
3.2
Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma
merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat di
hamper seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk
Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri
sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
Walaupun
berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit
yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat
bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadagkala tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade
kuat.
Umumnya
gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas yang
berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang
menunjukkan batuk dan / atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada
malam / dini hari , musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma dan
atopi pada pasien dan keluarganya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa
maupun masyarakat mengerti dan memahami isi dari makalah ini.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa
mengerti tentang asma pada anak
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Penulis dapat mengerti dan memahami serta meningkatkan
pengetahuannya tentang perkembangan dalam dunia kesehatan.
1.3.2 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai studi pustaka dan sebagai suatu sarana
untuk menilai dan menunjang keefektifan sebagai mahasiswa.
1.3.3 Bagi Masyarakat
Menumbuhkan kesadaran
dan menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang asma pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronkhial adalah suatu penyakit
dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
2.2.1 Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus.
2.2.2 Faktor Presipitasi
- Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh:
makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan
debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
2.3.1 Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi.
2.3.2 Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan
dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
2.3.3 Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
2.4 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari
otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang
alergi-membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal-reaksi alergi. Pada asma,
antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel
ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik
eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang
selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam
paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah
tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat
tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
2.5 Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita
tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan,
serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik:
sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul
makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma
sering terjadi pada malam hari.
2.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau
yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin
dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura
yang menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan
segera
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang
dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita atau
keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan
dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator:
obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan
efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),
terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin
Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat
diberikan secara oral.
2.8 Pencegahan Serangan Asma pada Anak
a. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu
diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus
adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan
dengan mengusahakan kamar tidur anak:
- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu
sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan
karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila
belum tau pasti, lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang
mengandung es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza,
hindarkan anak berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya
sedang mendung.
b. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah
raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh
kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
- Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan
percepatan gerak yang mendadak
- Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar,
minum air dan setelah tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
- Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan
kegiatan perlu minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji
riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji
riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan
melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya
penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas
sehari-hari
- Tidur
dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
- Dispnea
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas
memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan
alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya
bunyi napas mengi
- Adanya
batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya
peningkatan tekanan darah
- Adanya
peningkatan frekuensi jantung
- Warna
kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka
rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan
untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan
berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
- Keterbatasan
mobilitas fisik
- Susah
bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
- Bila disertai dengan
bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat
komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat
komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan
gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia
mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk
gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru, yaitu:
- Perubahan
aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat
tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch
Block)
- Tanda-tanda
hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi
bersih dan jelas
Intervensi:
- Auskultasi
bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
- Kaji/pantau
frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
- Catat
adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
- Tempatkan
klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada
sandaran TT
- Pertahankan
polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap,dll
- Tingkatkan
masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan
air hangat.
- Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.
2) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai
oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi:
- Kaji/awasi
secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
- Awasi
tanda vital dan irama jantung
- Kolaborasi:
.berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
- Sianosis
mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
- Penurunan
getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
- Takikardi,
disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik.
3) Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit
yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
- Berikan
ketanangan pada orang tua
- Memberikan
rasa nyaman
- Mendorong
keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi (Waley & Wong, 1989)
- Mendorong
keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya
- Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak:
- Bina
hubungan saling percaya
- Mengurangi
perpisahan dengan orang tuanya
- Mendorong
untuk mengekspresikan perasaannya
- Melibatkan
anak dalam bermain
- Siapkan
anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan
- Memberikan
rasa nyaman
- Mendorong
keluarga dengan memberikan pengertian informasi.
4) Risiko tinggi kopong keluarga tidak efektif
b.d tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial orang tua
Tujuan: koping keluarga kembali efektif
Intervensi:
- Buat
hubungan dengan orang tua yang mendorong mereka mengungkapkan kesulitan
- Berikan
informasi pada orang tua tentang perkembangan anak
- Berikan
bimbingan antisipasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
- Tekankan
pentingnya sistem pendukung
- Anjurkan
orang tua untuk menyediakan waktu sesuai kebutuhan
- Bantu
orang tua untuk merujuk pada ahli penyakit
-Informasikan kepada orang tua tentang
pelayanan yang tersedia di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- Betz
Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
EGC: Jakarta.
-
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis. EGC: Jakarta.
-
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
- Kamus
Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat mengerti dan memahami
serta meningkatkan pengetahuannya tentang asma
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan
dapat digunakan sebagai studi pustaka dan sebagai suatu sarana untuk menilai
dan menunjang keefektifan sebagai mahasiswa.
3.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran ibu dan menambah pengetahuan kepada masyarakat
tentang asma